top of page

Pengaturan diafragma (f) mempengaruhi hasil foto


PENDAHULUAN

Fotografi dapat diartikan sebagai kegiatan pengambilan foto atau hobi atau pekerjaan seseorang untuk mengabadikan suatu moment menggunakan berbagai macam teknik untuk membuat hasil foto terlihat artistik.

Fotografi tidaklah sulit, banyak diantara kita yang telah mampu untuk sekedar menghasilkan foto, akan tetapi masih banyak juga yang masih kurang memahami tentang teknik fotografi sehingga hasil foto menjadi kurang maksimal, misalnya berlebihan cahaya, kekurangan cahaya, dan fokus yang didapatkan kurang tajam. Untuk mendapatkan sebuah foto yang maksimal yaitu meliputi cahaya yang tidak berlebihan dan fokus yang tepat maka diperlukan penguasaan teknik-teknik dasar dari fotografi tersebut. Salah satunya yaitu dengan menguasai teknik mengatur diafragma/aperture.

Penguasaan teknik untuk mengatur diafragma penting untuk bisa menghasilkan foto yang baik atau foto yang normal, foto dengan cahaya dan focus yang tepat karena pengaturan diafragma pada kamera sangat mempengaruhi besar atau kecilnya cahaya yang masuk pada kamera.



PENGERTIAN DIAFRAGMA


Diafragma merupakan salah satu komponen dari lensa yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Diafragma lensa biasanya membentuk lubang mirip lingkaran atau segi tertentu. Ia terbentuk dari sejumlah lembaran logam (umumnya 5, 7, atau 8 lembar) yang dapat diatur untuk mengubah ukuran lubang.

Diafragma merupakan komponen yang selalu ada dalam sebuah kamera dan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi banyak tidaknya penerimaan cahaya yang ada pada sebuah foto. Faktor faktor yang mempengaruhi gelap terangnya sebuah foto atau gambar adalah shutter speed (kecepatan rana), aperture (diafragma), dan ISO (sensitifitas penerimaan cahaya pada kamera).



FUNGSI DIAFRAGMA


Fungsi utama diafragma adalah untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera. Pada dasarnya kondisi cahaya disaat kita melakukan kegiatan fotografi sangat bervariasi dan kamera membutuhkan diafragma untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera sehingga jumlah cahaya yang masuk sesuai dengan kebutuhan (normal), tidak kurang, dan tidak berlebih.

Penggunaan diafragma pada kamera umumnya adalah bila kondisi cahaya remang-remang, maka bukaan lensa/diafragma diperbesar agar tidak kekurangan cahaya, sedangkan bila cahaya yang masuk ke kamera berlebih (biasanya terjadi pada saat kondisi panas terik bila di luar ruangan) bukaan diafragma diperkecil agar tidak kelebihan cahaya. Indikator bukaan diafragma pada kamera berbanding terbalik dengan kondisi bukaan pada diafragma, semakin kecil angka dari diafragma yang ditampilkan dalam kamera maka semakin besar bukaan diafragma pada lensa, artinya cahaya yang masuk semakin banyak. Sebaliknya semakin besar angka diafragma yang ditampilkan dalam kamera, maka semakin kecil bukaan diafragma pada lensa artinya cahaya yang masuk semakin sedikit.



DIAFRAGMA MEMPENGARUHI RUANG KETAJAMAN

Ruang ketajaman diafragma adalah radius/daerah ketajaman (focus sebuah foto terhadap objek) yang dipengaruhi oleh banyak sedikitnya cahaya yang masuk pada kamera.

Bukaan diafragma sangat penting dalam hal mengontrol pencahayaan dan ruang ketajaman. Bukaan besar pada diafragma akan memasukkan lebih banyak cahaya dan memberikan ruang tajam yang sempit pada foto, sedangkan bukaan diafragma yang kecil akan memasukkan cahaya yang sedikit dan memberikan ruang tajam yang luas. Semakin besar bukaan diafragma, semakin sempit ruang tajamnya, dan semakin kecil bukaan difragma mengakibatkan semakin luas ruang tajamnya.

Misalnya diterapkan angka 1,2 pada setingan diafragma kamera maka akan menghasilkan ruang tajam yang kecil, dalam arti fokus yang ditangkap oleh kamera hanya didapat pada objek itu sendiri, sementara foreground dan background akan miss focus (blur).

Jika diterapkan angka 16 pada setingan diafragma kamera, maka akan menghasilkan ruang tajam yang besar/luas. Dalam arti fokus akan didapat pada foreground, background sekaligus objek.



PRINSIP KERJA DIAFRAGMA

Prinsip kerja diafragma dibedakan pada jenis kamera, yaitu kamera konvensional (analog) dan kamera non-konvensional (digital).

Pada kamera konvensional (analog) prinsip kerja diafragma adalah sebagai berikut.

  • Ketika tombol shuter ditekan maka diafragma pada kamera akan terbuka seketika. Pantulan cahaya dari benda yang ada di depan kamera masuk lewat celah diafragma itu dan menembus hingga kedalam lempengan film yang sangat peka cahaya.

  • Kemudian, diafragma menutup secara otomatis dan tiba-tiba. Cahaya yang masuk pada kamera akan membakar lempengan film. Cahaya terang akan membuat lapisan film terbakar (menghitam) sedang cahaya gelap pada dasarnya tidak membakar lapisan.

  • Proses terakhir setelah film terbakar yaitu pencucian dan pencetakkan lembaran film yang nantinya akan menghasilkan sebuah foto.

Sedangkan prinsip kerja diafragma pada kamera non-konvensional (digital) lebih singkat. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut.

  • Ketika tombol shutter ditekan, cahaya masuk ke lensa dan diafragma terbuka untuk mengatur banyak cahaya yang masuk.

  • Cahaya yang masuk ke dalam kamera kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma.

  • Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya kembali beberapa kali hingga mengenai jendela bidik atau viewfinder.

  • Selama proses pengambilan foto, cermin akan membuka keatas dan jendela rana juga membuka, hal ini memungkinkan lensa memproyeksikan cahaya menuju ke sensor.

  • Setelah foto direkam oleh sensor kamera maka sensor kamera akan memproses foto itu dan kemudian akan di simpan dalam media penyimpan data berupa CF card atau SD Card.

DIAFRAGMA PADA MODE MANUAL

Mensetting diafragma pada kamera dengan mode manual, kita juga harus menyeimbangkannya dengan beberapa factor, seperti ISO dan shutter speed. Apabila kita mensetting bukaan lubang diafragma menjadi lebih besar tanpa menyeimbangkannya dengan mempercepat shutter speed atau menurunkan ISO menjadi lebih rendah maka hasil foto yang akan didapatkan yaitu foto yang lebih terang daripada keadaan normal sebuah foto atau yang biasa disebut over exposure.

Sebaliknya, bila kita mensetting bukaan diafragma menjadi lebih kecil tanpa memperlambat shutter speed menjadi lebih lambat atau menaikkan ISO menjadi lebih tinggi maka foto akan semakin gelap dari keadaan normalnya atau sering disebut low exposure.

Ini adalah hukum kesetimbangan pada kamera. Jika akan memperbesar lubang diafragma sambil mempertahankan eksposur agar tidak over atau low, maka anda harus mempercepat shutter speed. Demikian juga sebaliknya, jika anda akan mengecilkan lubang diafragma sambil mempertahankan eksposur agar tidak over atau low, maka harus melambatkan shutter speed.



HUBUNGAN DIAFRAGMA, SHUTTER SPEED DAN ISO

Untuk memperoleh pencahayaan yang normal (tidak over atau low exposure), maka pencahayaan yang normal tersebut dapat diatur dengan menyesuaikan antara diafragma (f) dan shutter speed (s) dan juga ISO.

Pada prinsipnya, semakin besar bukaan diafragma akan semakin banyak cahaya yang masuk ke kamera. Sama dengan diafragma, semakin lama shutter speed yang dibuka (speed lambat) maka akan semakin banyak pula cahaya yang masuk ke kamera.

Demikian sebaliknya, semakin kecil bukaan diafragma maka akan semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin cepat speed yang dibuka (speed cepat) maka akan semakin sedikit juga cahaya yang masuk.

Untuk menghasilkan foto yang normal maka diperlukan penyeimbangan dari komponen-komponen tersebut, jika ketiga komponen tersebut (diafragma, shutter speed dan ISO) ada yang kurang seimbang bisa dipastikan hasil foto yang didapatkan tidak dalam keadaan normal bisa jadi over exposure atau low exposure.

Pada kamera konvensional/analog maupun kamera non-konvensional/DSLR, untuk melihat apakah pencahayaannya sudah normal atau belum bisa dilihat pada indikator angka pencahayaan yang terdapat pada viewfinder kamera.



KESIMPULAN

Diafragma adalah komponen dari lensa yang berfungsi mengatur banyak atau sedikitnya cahaya yang masuk ke kamera. Semakin besar bukaan dari diafragma maka semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam kamera. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil bukaan diafragma maka semakin sedikit pula cahaya yang masuk ke dalam kamera.

Untuk memperoleh pencahayaan yang normal pada hasil foto (tidak over exposure/ low exposure), maka diperlukan penyeimbangan dari tiga komponen pencahayaan pada kamera yaitu diafragma, shutter speed dan ISO.

Daftar Pustaka

http://najis7turunan.blogspot.com/ Diakses pada 28 September 2017

http://shared4learning2gether.blogspot.com/2010/06/sekilas-tentang-kamera.html Diakses pada 28 September 2017

Johnson, William S. Rice, Mark. dkk. 2005. In Therese Mulligan and David Wooters. A History of Photography. Los Angeles, California: Taschen America.


RECENT POSTS

FEATURED POSTS

FOLLOW US

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon
  • Grey Instagram Icon
  • Grey Google+ Icon
  • Grey Pinterest Icon
bottom of page